Friday, August 20, 2010

Shaleh Tapi Tak Berdaya Guna

Fenomena Ketidakberdayaan

A. Meninggalkan Dakwah dan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Dalam masyarakat banyak terdapat orang-orang shaleh, mereka banyak
mengerjakan shalat dan puasa sunnah, namun mereka tidak mengerjakan
keshalehan ini untuk memperkuat agama Allah di muka bumi.
Tidak ada sisi kehidupna Rasulullah yang idak penuh dengan penderitaan, baik
yang menimpa dirinya, keluarga, para shahabat, kerabat, dan dakwah. Semua
itu menumbuhkan kesabaran yang baik, amal yang banyak, penyerahan diri yang
tinggi, dan keridhaan yang besar. Beliau tidak pernah terlihat gelisah, malas atau
lalai, sebaliknya beliau menjalankan tugas dakwah sebaik-baiknya.
Sungguh mengherankan, orang yang meninggalkan dakwah dan amar ma’ruf
nahi mungkar pada banyak kesempatan tidak mengakui ketidakberdayaannya
karena malu dan menutup-nutupi, bahkan mencari-cari alasan, menuduh orang
lain sebagai biang keladi ketidakberdayaan dan kelemahannya, terkadang ia
berapologi mempunyai satu atau dua masalah.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan:’Kami
telah beriman’. Sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang dusta.” QS. Al Ankabut :2-3
Sesungguhnya jiwa manusia pasti terpengaruh oleh masalah yang
dihadapninya, namun pengaruh ini harus tersimpan dalam diri manusia, tidak
ditampakkan kepada orang-orang keculai sesekali dan pada saat diperlukan.
Kemudaian ia terus melanjutkan dakwahnya terhadap masyarakat, tidak berat
hati dan tidak merasa lelah akibat berbagai masalah yang dikiranya sebagai
penghalang, dan memang seharusnya tidak menjadi penghalang. Hendaknya ia
bertanya kepada diri sendiri, apakah ia meninggalkan perbuatan duniawi ketika
menghadapi kesulitan dan musibah ini?! Jika tidak, maka sesungguhnya dakwa
itu lebih utama dari kesibukan duniawi.

B. Kikir terhadap Harta Benda atu Ketidaktepatan Infaq
Dimanakah pengusaha muslim yang berniaga dengan Allah tanpa perhitungan,
tanpa persyaratan, tanpa pengembalian, dan tanpa henti? Mereka ada tapi
sedikit sekali. Kebanyakan dari mereka memuaskan hawa nafsunya, menikmati
apa yang dikiranya surga, ada juga sekelompok dari mereka ynag menolak
berinfaq dan lebih menyukai gambaran infaq lain yang tidak mendesak.

C. Keahlian yang tidak Dikembangkan
Allah telah membagikan kemampuan dan keahlian diantara manusia. Allah
mengkhsuskan sebagian manusia dengan kemampuan dan keahlian yang lebih
besar. Apabila mereka berhasil mengembahkan keahlian itu, maka berarti
kemenangan besar. Jika tidak, maka sungguh mereka merugi dan tak
berdayaguna
Sepanjang sejarah telah tampil orang-orang yang punya keahlian dan tidak
menolak tugas. Riwayat hidup mereka tertulis dengan huruf dari cahaya,
sedangkan orang-orang yang menolak tugas meninggal tanpa diketahui seorang
pun, serta tidak memperoleh berbagai pahala menggapai perkara-perkara mulia
sebagaimana yang didapat orang-orang yang berbakti demi kepentingan
manusia.

D. Kerancuan Prioritas
Suatu fenomena terbesar dari ketidakberdayaan yang dialami para tsiqah,
karena segenap hidupnya berputar pada lingkaran pekerjaan kurang utama,
tanpa menyentuh pekerjaan-pekerjaan utama kecuali sesekali saja Kerancuan ini sebagai sebuah ketidakberdayaan termasuk cara iblis
memasukkan distorsi pada manusia, karena iblis memperindah jalan kejahatan di
mata mereka. Apabila tidak mampu melakukannya, maka iblis menampakkan
indah jalan kebajikan yang memiliki sedikit kebaikan dan tidak utama sehingga
manusia tidak menempuh jalan ynag membawa kebaikan yang besar.

E. Seorang Tsiqah Menghujat Saudara-saudaranya yang juga
Tsiqah
Diantara ketidakberdayaan yang paling besar dan jelas adalah ketika seorang
tsiqah bernadzar membuka aib orang lain, terlebih jika mereka juga tsiqah.
Setan telah menampakkan hujatan ini sebagai sesuatu yang indah dimatanya,
dengan alasan kritik dan menjelaskan hak. Kaidah Islam menetapkan bahwa
kritik apabila dicampur dengan hawa nafsu, balas dendam dan kesewenang-
wenangan, maka pelakunya berdosa bukan berpahala dan ucapannya ditolak
bukan diterima.
“tidak ada suatu perkara yang lebih cepat melunturkan amal, merusak hati,
merusak hamba, mengabadikan kesedihan, mendekatkan kepada kebinasaan,
menarik cinta terhadap riya, ujub dan kepemimpinan, melebihi kekuarangtauan
hamba akan dirinya dan pencariannya akan aib-aib orang lain”

F. Kelemahan Peradaban dan Wawasan
Apabila para tsiqah terbelakang dan lemah dibidang peradaban dan wawasan,
maka siapa yang kan tampil dan berbicara tentang Islam?

G. Tersia-siakan Banyak Waktu
Fenomena ketidakberdayaan yang paling jelas pada seseorang adalah menyia-
nyiakan waktu tanpa memanfaatkannya siang dan malam. Ibnu ‘Aqil an Hanbali’:
“tidak halal bagiku menyia-nyiakan satu jam dari umurku. Sehingga ketika
lisanku berhenti dari mudzakarah dan tukar pikiran, dan mataku berhenti
membaca, maka aku memfungsikan pikiranku untuk beristirahat”.
Merupakan ketidakberdayaan sama ksekali jika sekiranya seorang tsiqah
menyia-nyiakan waktunya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, atau untuk
perkara-perkara yang kurang besar nilainya dan menghabiskan waktu.
Kemudiah ia tidak merasa menyia-nyiakan waktu dan tidak menyadari sedikitnya
perkembangan yang didapatm, kecuali setelah terlambat.

H. Tujan yang Rendah
Sesungguhnya kebesaran seseorang terkait dengan kebesaran tujuannya.
Seberapa besar tujuan seseorang maka itu menunjukkan luasnya pikiran dan
cintanya terhadap perkara-perkara mulia.
I. Melanggar Janji

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” QS Ash Shaf:2-3

J. Tidak Mampu Mengendalikan Keluarga
Perkawinan merupakan satu perkara yang paling riskan dalam kehidupan para
da’i. adakah kerugian besar sekiranya mereka gagala dalam pengalaman
pertama.

No comments:

Post a Comment

Silahkan isi komentar anda