Friday, August 20, 2010

Indahnya Ramadhan

Assalamu'alaikum Wr Wb

Dalam dua buah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan kondisi dua golongan yang saling bertolak belakang kondisi mereka dalam berpuasa dan melewati bulan Ramadhan:

Golongan pertama digambarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Golongan kedua digambarkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

رب صائم حظه من صيامه الجوع والعطش

“Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah), al-Hakim dan dia menshahihkannya. Al-Albani berkata: “Hasan Shahih.”

Akan termasuk golongan manakah kita? Hal itu tergantung dengan usaha kita dan taufik dari Allah ta’ala.

Bulan Ramadhan merupakan momentum agung dari ladang-ladang yang sarat dengan keistimewaan, satu masa yang menjadi media kompetisi bagi para pelaku kebaikan dan orang-orang mulia.

Oleh sebab itu, para ulama telah menggariskan beberapa kiat dalam menyongsong musim-musim limpahan kebaikan semacam ini, supaya kita turut merasakan nikmatnya bulan suci ini. Di antara kiat-kiat tersebut (Agar Ramadhan Kita Bermakna Indah, nasihat yang disampaikan oleh Syaikh kami Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaili pada malam Jum’at 27 Sya’ban 1423 H di Masjid Dzun Nurain Madinah. Plus penjelasan-penjelasan lain dari penyusun):

Kiat Pertama: Bertawakal kepada Allah Ta’ala

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Dalam menyambut kedatangan musim-musim ibadah, seorang hamba sangat membutuhkan bimbingan, bantuan dan taufik dari Allah ta’ala. Cara meraih itu semua adalah dengan bertawakal kepada-Nya.”

Oleh karena itu, salah satu teladan dari ulama salaf -sebagaimana yang dikisahkan Mu’alla bin al-Fadhl- bahwa mereka berdoa kepada Allah dan memohon pada-Nya sejak enam bulan sebelum Ramadhan tiba agar dapat menjumpai bulan mulia ini dan memudahkan mereka untuk beribadah di dalamnya. Sikap ini merupakan salah satu perwujudan tawakal kepada Allah.

Ibnu Taimiyah menambahkan, bahwa seseorang yang ingin melakukan suatu amalan, dia berkepentingan dengan beberapa hal yang bersangkutan dengan sebelum beramal, ketika beramal dan setelah beramal:

a. Adapun perkara yang dibutuhkan sebelum beramal adalah menunjukkan sikap tawakal kepada Allah dan semata-mata berharap kepada-Nya agar menolong dan meluruskan amalannya. Ibnul Qayyim memaparkan bahwa para ulama telah bersepakat bahwa salah satu indikasi taufik Allah kepada hamba-Nya adalah pertolongan-Nya kepada hamba-Nya. Sebaliknya, salah satu ciri kenistaan seorang hamba adalah kebergantungannya kepada kemampuan diri sendiri.

Menghadirkan rasa tawakal kepada Allah adalah merupakan suatu hal yang paling penting untuk menyongsong musim-musim ibadah semacam ini; untuk menumbuhkan rasa lemah, tidak berdaya dan tidak akan mampu menunaikan ibadah dengan sempurna, melainkan semata dengan taufik dari Allah. Selanjutnya kita juga harus berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan dan supaya Allah membantu kita dalam beramal di dalamnya. Ini semua merupakan amalan yang paling agung yang dapat mendatangkan taufik Allah dalam menjalani bulan Ramadhan.

Kita amat perlu untuk senantiasa memohon pertolongan Allah ketika akan beramal karena kita adalah manusia yang disifati oleh Allah ta’ala sebagai makhluk yang lemah:

وخلق الإنسان ضعيفا

“Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An-Nisa: 28)

Jika kita bertawakal kepada Allah dan memohon kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi taufik-Nya pada kita.

b. Di saat mengerjakan amalan ibadah, poin yang perlu diperhatikan seorang hamba adalah: ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dua hal inilah yang merupakan dua syarat diterimanya suatu amalan di sisi Allah. Banyak ayat dan hadits yang menegaskan hal ini. Di antaranya: Firman Allah ta’ala,

وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين

“Padahal mereka tidaklah diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

“Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan itu akan tertolak.” (HR. Muslim)

c. Usai beramal, seorang hamba membutuhkan untuk memperbanyak istigfar atas kurang sempurnanya ia dalam beramal, dan juga butuh untuk memperbanyak hamdalah (pujian) kepada Allah Yang telah memberinya taufik sehingga bisa beramal. Apabila seorang hamba bisa mengombinasikan antara hamdalah dan istigfar, maka dengan izin Allah ta’ala, amalan tersebut akan diterima oleh-Nya.

Hal ini perlu diperhatikan betul-betul, karena setan senantiasa mengintai manusia sampai detik akhir setelah selesai amal sekalipun! Makhluk ini mulai menghias-hiasi amalannya sambil membisikkan, “Hai fulan, kau telah berbuat begini dan begitu… Kau telah berpuasa Ramadhan… Kau telah shalat malam di bulan suci… Kau telah menunaikan amalan ini dan itu dengan sempurna…” Dan terus menghias-hiasinya terhadap seluruh amalan yang telah dilakukan sehingga tumbuhlah rasa ‘ujub (sombong dan takjub kepada diri sendiri) yang menghantarkannya ke dalam lembah kehinaan. Juga akan berakibat terkikisnya rasa rendah diri dan rasa tunduk kepada Allah ta’ala.

Seharusnya kita tidak terjebak dalam perangkap ‘ujub; pasalnya, orang yang merasa silau dengan dirinya sendiri (bisa begini dan begitu) serta silau dengan amalannya berarti dia telah menunjukkan kenistaan, kehinaan dan kekurangan diri serta amalannya.

Hati-hati dengan tipu daya setan yang telah bersumpah:

فبما أغويتني لأقعدن لهم صراطك المستقيم. ثم لآتينهم من بين أيديهم ومن خلفهم وعن أيمانهم وعن شمائلهم

“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka (para manusia) dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.” (QS. Al-A’raf: 16-17)

Kiat Kedua: Bertaubat Sebelum Ramadhan Tiba

Banyak sekali dalil yang memerintahkan seorang hamba untuk bertaubat, di antaranya: firman Allah ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS. At Tahrim: 8)

Kita diperintahkan untuk senantiasa bertaubat, karena tidak ada seorang pun di antara kita yang terbebas dari dosa-dosa. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

كل بنى آدم خطاء وخير الخطائين التوابون

“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan isnadnya oleh Syaikh Salim Al Hilal)

Dosa hanya akan mengasingkan seorang hamba dari taufik Allah, sehingga dia tidak kuasa untuk beramal saleh, ini semua hanya merupakan sebagian kecil dari segudang dampak buruk dosa dan maksiat (lihat Dampak-Dampak dari Maksiat dalam kitab Ad-Daa’ Wa Ad-Dawaa’ karya Ibnul Qayyim, dan Adz-Dzunub Wa Qubhu Aatsaariha ‘Ala Al-Afrad Wa Asy-Syu’ub karya Muhammad bin Ahmad Sayyid Ahmad hal: 42-48). Apabila ternyata hamba mau bertaubat kepada Allah ta’ala, maka prahara itu akan sirna dan Allah akan menganugerahi taufik kepadanya kembali.

Taubat nasuha atau taubat yang sebenar-benarnya hakikatnya adalah: bertaubat kepada Allah dari seluruh jenis dosa. Imam Nawawi menjabarkan: Taubat yang sempurna adalah taubat yang memenuhi empat syarat:

1. Meninggalkan maksiat.
2. Menyesali kemaksiatan yang telah ia perbuat.
3. Bertekad bulat untuk tidak mengulangi maksiat itu selama-lamanya.
4. Seandainya maksiat itu berkaitan dengan hak orang lain, maka dia harus mengembalikan hak itu kepadanya, atau memohon maaf darinya (Lihat: Riyaadhush Shaalihiin, karya Imam an-Nawawi hal: 37-38)

Ada suatu kesalahan yang harus diwaspadai: sebagian orang terkadang betul-betul ingin bertaubat dan bertekad bulat untuk tidak berbuat maksiat, namun hanya di bulan Ramadhan saja, setelah bulan suci ini berlalu dia kembali berbuat maksiat. Sebagaimana taubatnya para artis yang ramai-ramai berjilbab di bulan Ramadhan, namun setelah itu kembali ‘pamer aurat’ sehabis idul fitri.

Ini merupakan suatu bentuk kejahilan. Seharusnya, tekad bulat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa dan berlepas diri dari maksiat, harus tetap menyala baik di dalam Ramadhan maupun di bulan-bulan sesudahnya.

Kiat Ketiga: Membentengi Puasa Kita dari Faktor-Faktor yang Mengurangi Keutuhan Pahalanya

Sisi lain yang harus mendapatkan porsi perhatian spesial, bagaimana kita berusaha membentengi puasa kita dari faktor-faktor yang mengurangi keutuhan pahalanya. Seperti menggunjing dan berdusta. Dua penyakit ini berkategori bahaya tinggi, dan sedikit sekali orang yang selamat dari ancamannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:

من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه

“Barang siapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan perbuatannya, maka niscaya Allah tidak akan membutuhkan penahanan dirinya dari makanan dan minuman (tidak membutuhkan puasanya).” (HR. Bukhari)

Jabir bin Abdullah menyampaikan petuahnya:

إذا صمت فليصم سمعك وبصرك ولسانك عن الكذب والمحارم ودع أذى الجار, وليكن عليك وقار وسكينة يوم صومك, ولا تجعل يوم صومك ويوم فطرك سواء

“Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram dan janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama.” (Lathaa’if al-Ma’arif, karya Ibnu Rajab al-Hambali, hal: 292)

Orang yang menahan lisannya dari ghibah dan matanya dari memandang hal-hal yang haram ketika berpuasa Ramadhan tanpa mengiringinya dengan amalan-amalan sunnah, lebih baik daripada orang yang berpuasa plus menghidupkan amalan-amalan sunnah, namun dia tidak berhenti dari dua budaya buruk tadi! Inilah realita mayoritas masyarakat; ketaatan yang bercampur dengan kemaksiatan.

Umar bin Abdul ‘Aziz pernah ditanya tentang arti takwa, “Takwa adalah menjalankan kewajiban dan meninggalkan perbuatan haram”, jawab beliau. Para ulama menegaskan, “Inilah ketakwaan yang sejati. Adapun mencampur adukkan antara ketaatan dan kemaksiatan, maka ini tidak masuk dalam bingkai takwa, meski dibarengi dengan amalan-amalan sunnah.”

Oleh sebab itu para ulama merasa heran terhadap sosok yang menahan diri (berpuasa) dari hal-hal yang mubah, tapi masih tetap gemar terhadap dosa. Ibnu Rajab al-Hambali bertutur, “Kewajiban orang yang berpuasa adalah menahan diri dari hal-hal mubah dan hal-hal yang terlarang. Mengekang diri dari makanan, minuman dan jima’ (hubungan suami istri), ini sebenarnya hanya sekedar menahan diri dari hal-hal mubah yang diperbolehkan. Sementara itu ada hal-hal terlarang yang tidak boleh kita langgar baik di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya. Di bulan suci ini tentunya larangan tersebut menjadi lebih tegas. Maka sungguh sangat mengherankan kondisi orang yang berpuasa (menahan diri) dari hal-hal yang pada dasarnya diperbolehkan seperti makan dan minum, kemudian dia tidak berpuasa (menahan diri) dan tidak berpaling dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan di sepanjang zaman seperti ghibah, mengadu domba, mencaci, mencela, mengumpat dan lain-lain. Semua ini merontokkan ganjaran puasa.”

(Ref:http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/agar-kita-turut-merasakan-indahnya-ramadhan-1.html)

Shaleh Tapi Tak Berdaya Guna

Fenomena Ketidakberdayaan

A. Meninggalkan Dakwah dan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Dalam masyarakat banyak terdapat orang-orang shaleh, mereka banyak
mengerjakan shalat dan puasa sunnah, namun mereka tidak mengerjakan
keshalehan ini untuk memperkuat agama Allah di muka bumi.
Tidak ada sisi kehidupna Rasulullah yang idak penuh dengan penderitaan, baik
yang menimpa dirinya, keluarga, para shahabat, kerabat, dan dakwah. Semua
itu menumbuhkan kesabaran yang baik, amal yang banyak, penyerahan diri yang
tinggi, dan keridhaan yang besar. Beliau tidak pernah terlihat gelisah, malas atau
lalai, sebaliknya beliau menjalankan tugas dakwah sebaik-baiknya.
Sungguh mengherankan, orang yang meninggalkan dakwah dan amar ma’ruf
nahi mungkar pada banyak kesempatan tidak mengakui ketidakberdayaannya
karena malu dan menutup-nutupi, bahkan mencari-cari alasan, menuduh orang
lain sebagai biang keladi ketidakberdayaan dan kelemahannya, terkadang ia
berapologi mempunyai satu atau dua masalah.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan:’Kami
telah beriman’. Sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang dusta.” QS. Al Ankabut :2-3
Sesungguhnya jiwa manusia pasti terpengaruh oleh masalah yang
dihadapninya, namun pengaruh ini harus tersimpan dalam diri manusia, tidak
ditampakkan kepada orang-orang keculai sesekali dan pada saat diperlukan.
Kemudaian ia terus melanjutkan dakwahnya terhadap masyarakat, tidak berat
hati dan tidak merasa lelah akibat berbagai masalah yang dikiranya sebagai
penghalang, dan memang seharusnya tidak menjadi penghalang. Hendaknya ia
bertanya kepada diri sendiri, apakah ia meninggalkan perbuatan duniawi ketika
menghadapi kesulitan dan musibah ini?! Jika tidak, maka sesungguhnya dakwa
itu lebih utama dari kesibukan duniawi.

B. Kikir terhadap Harta Benda atu Ketidaktepatan Infaq
Dimanakah pengusaha muslim yang berniaga dengan Allah tanpa perhitungan,
tanpa persyaratan, tanpa pengembalian, dan tanpa henti? Mereka ada tapi
sedikit sekali. Kebanyakan dari mereka memuaskan hawa nafsunya, menikmati
apa yang dikiranya surga, ada juga sekelompok dari mereka ynag menolak
berinfaq dan lebih menyukai gambaran infaq lain yang tidak mendesak.

C. Keahlian yang tidak Dikembangkan
Allah telah membagikan kemampuan dan keahlian diantara manusia. Allah
mengkhsuskan sebagian manusia dengan kemampuan dan keahlian yang lebih
besar. Apabila mereka berhasil mengembahkan keahlian itu, maka berarti
kemenangan besar. Jika tidak, maka sungguh mereka merugi dan tak
berdayaguna
Sepanjang sejarah telah tampil orang-orang yang punya keahlian dan tidak
menolak tugas. Riwayat hidup mereka tertulis dengan huruf dari cahaya,
sedangkan orang-orang yang menolak tugas meninggal tanpa diketahui seorang
pun, serta tidak memperoleh berbagai pahala menggapai perkara-perkara mulia
sebagaimana yang didapat orang-orang yang berbakti demi kepentingan
manusia.

D. Kerancuan Prioritas
Suatu fenomena terbesar dari ketidakberdayaan yang dialami para tsiqah,
karena segenap hidupnya berputar pada lingkaran pekerjaan kurang utama,
tanpa menyentuh pekerjaan-pekerjaan utama kecuali sesekali saja Kerancuan ini sebagai sebuah ketidakberdayaan termasuk cara iblis
memasukkan distorsi pada manusia, karena iblis memperindah jalan kejahatan di
mata mereka. Apabila tidak mampu melakukannya, maka iblis menampakkan
indah jalan kebajikan yang memiliki sedikit kebaikan dan tidak utama sehingga
manusia tidak menempuh jalan ynag membawa kebaikan yang besar.

E. Seorang Tsiqah Menghujat Saudara-saudaranya yang juga
Tsiqah
Diantara ketidakberdayaan yang paling besar dan jelas adalah ketika seorang
tsiqah bernadzar membuka aib orang lain, terlebih jika mereka juga tsiqah.
Setan telah menampakkan hujatan ini sebagai sesuatu yang indah dimatanya,
dengan alasan kritik dan menjelaskan hak. Kaidah Islam menetapkan bahwa
kritik apabila dicampur dengan hawa nafsu, balas dendam dan kesewenang-
wenangan, maka pelakunya berdosa bukan berpahala dan ucapannya ditolak
bukan diterima.
“tidak ada suatu perkara yang lebih cepat melunturkan amal, merusak hati,
merusak hamba, mengabadikan kesedihan, mendekatkan kepada kebinasaan,
menarik cinta terhadap riya, ujub dan kepemimpinan, melebihi kekuarangtauan
hamba akan dirinya dan pencariannya akan aib-aib orang lain”

F. Kelemahan Peradaban dan Wawasan
Apabila para tsiqah terbelakang dan lemah dibidang peradaban dan wawasan,
maka siapa yang kan tampil dan berbicara tentang Islam?

G. Tersia-siakan Banyak Waktu
Fenomena ketidakberdayaan yang paling jelas pada seseorang adalah menyia-
nyiakan waktu tanpa memanfaatkannya siang dan malam. Ibnu ‘Aqil an Hanbali’:
“tidak halal bagiku menyia-nyiakan satu jam dari umurku. Sehingga ketika
lisanku berhenti dari mudzakarah dan tukar pikiran, dan mataku berhenti
membaca, maka aku memfungsikan pikiranku untuk beristirahat”.
Merupakan ketidakberdayaan sama ksekali jika sekiranya seorang tsiqah
menyia-nyiakan waktunya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, atau untuk
perkara-perkara yang kurang besar nilainya dan menghabiskan waktu.
Kemudiah ia tidak merasa menyia-nyiakan waktu dan tidak menyadari sedikitnya
perkembangan yang didapatm, kecuali setelah terlambat.

H. Tujan yang Rendah
Sesungguhnya kebesaran seseorang terkait dengan kebesaran tujuannya.
Seberapa besar tujuan seseorang maka itu menunjukkan luasnya pikiran dan
cintanya terhadap perkara-perkara mulia.
I. Melanggar Janji

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” QS Ash Shaf:2-3

J. Tidak Mampu Mengendalikan Keluarga
Perkawinan merupakan satu perkara yang paling riskan dalam kehidupan para
da’i. adakah kerugian besar sekiranya mereka gagala dalam pengalaman
pertama.

Tarbiyah Ruhiyah

DR. Abdullah Nashih Ulwan

Dalam Q.S. Al Anfaal:29
“Hai orang2 yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu ´´furqaan´´ dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar“

Dan dalam Q.S. Al Hadid:28
“Hai orang2 ynag beriman, bertaqwallah kpd Allah dan beriman kepada Rasul-Nya niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu bisa berjalan dan dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“

Jika kita renungkan ayat tersebut diatas, maka dengan TAQWA kpd Allah, Allah akan:
1. Memberikan furqaan kepada orang mu´min, yang dgnnya kita dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil
2. Mengahapuskan segala kesalahan2 kita
3. Mengampuni dosa2 kita
4. Memberikan cahaya yang akan menerangi kehidupan kita, sehingga kt akan selalu mendapatkan jalan keluar yang baik dr setiap permasalahan yang dihadapi

Hakikat Taqwa
Taqwa lahir dari konsekuensi logis dari keimanan yyang kokoh, keimanan yang selalu dipupuk dgn Muroqobatullah, mersa takut terhadap murka dan adzab-Nya, dan selalu berharap limpahan karunia dan maghfirah-Nya. Atau seperti yang didefinisikan para ulama: Taqwa adalah hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan-larangan-Nya dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintah-Nya.

Jalan untuk mencapai Taqwa
1. Muáhadah (Mengingat perjanjian)
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji….“ (Q.S.An Nahl:91)
Yaitu perjanjian seperti yang terdapat didlm Q.S. Al A´raf:172 dan Al Fatihah:5

2. Muroqobah (Merasakan kesertaan Allah)
“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (u/ shalat) dan melihat pula perubahan gerak badanmu diantara orang2 yang sujud“ (Q.S. Asy Syura:218-219)

Dan dalam Hadist ttg Ihsan:
“Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya dan jika memang kamu tidak melihatNya, maka sesungguhnya Allah melihat kamu“

Ibadah yang bagaimana yang bisa membuat Allah suka/cinta terhadap ibadah kita tsbt. Perbanyak Dzikir (mengingat Allah). Imam Hasan Al Bashri berkata, “Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada seorang hamba yang selalu mempertimbangkan niatnya. Bila semata-mata karena Allah maka dilaksanakannya tetapi jika sebaliknya maka ditinggalkannya“.

Macam-macam Muraqobah:
- Muroqobah dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya, yaitu dengan Ikhlas
- Muroqobah dalam kemaksiatan adalah dgn taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total
- Muroqobah dalam hal2 yang mubah adalah dgn menjaga adab2 terhadap Allah dan bersyukur atas segala nikmat-Nya
- Muroqobah dalam musibah adalah dengan ridha terhadap ketentuan-Nya serta memohon pertolongan-Nya dgn penuh kesabaran

3. Muhasabah (Interospeksi diri)
“Hai orang2 yang beriman , bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya u/ hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan“
(Q.S. Al Hasyr:18)

Dari Umar al Faruq r.a. berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditm yang agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan kepada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang satu pun´´

Bagaimana mungkin bisa memperbaiki diri jika tidak ada muhasabah, tanpa muhasabah maka tidaka akan ada perubahan

4. Muáqobah (Pemberian sanksi)
“Dan dalam qishah itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang2 yang berakal, supaya kamu bertaqwa´´ (Q.S. Al Baqarah:178)

Apabila seorang mu´min menemukan kesalahan maka tidak pantas baginya untuk membiarkannya. Sebab membiarkan diri dalam kesalahan akan mempermudah terlanggarnya kesalahan2 yang lain dan akan semakin sulit untuk meninggalkannya. Sanksi itu harus dgn sesuatu yang mubah, tidak boleh dgn sanksi yang haram

5. Mujahadah (Optimalisasi)
Mujahadah sebagaimana dl Q.S. Al ankabuut:69
“Dan orang2 yang berjihad u/ (mencari keridhaan) Kami, benar2 akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan2 Kami. Dan sesungguhNya Allah benar2 beserta orang2 yang berbuat baik´´
berarti apabila seorang mu´min terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal2 sunnah serta ketaatan lainnya tepat pada waktunya mala ia harus memaksa dirinya melakukan amal2 sunnah lebih banyak dari sebelumnya.

Beramal hendaknya jangan seadanya. Bersungguh2lah dalam keadaan apapun dan dalam melakukan amalan apa saja. Dalam sebuah Hadist Qudsi:
“Dari Abu Hurairah bahwa beliau berkata, Rasulullah bersabda:“Sesungguhnya Allah berfirman: Tidaklah seorang hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai selain dari amalan2 wajib dan seorang hambaKu senantiasa mendekat kepada-Ku dengan melakukan amalan2 sunnat, sehingga Aku mencintgainya. Apabila Aku telah mencintai-Nya, maka Akulah yang menjadi pendengarannya dan sebagai tangan yang digunakannya untuk memeganagn dan kaki yang dia pakai u/ berjalan dan apabila ia memohon kepada-Ku pasti Kukabulkan, dan jika berlindung kepada-Ku pasti Ku lindungi.’’

Detik-detik Wafatnya Rasulullah

Detik-detik Rasululllah SAW menghadapi sakaratul maut.Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.

Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning,burung burung gurun enggan mengepakkan sayap.

Pagi itu, Rasululllah dengan suara terbatas memberikan khutbah “Wahai umatku,kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasihNya.Maka taati dan bertaqwalah kepadaNya. Ku wariskan dua perkataan kepada kalian, Alquran dan Sunnah ku.Barang siapa mencintai sunnah ku,bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama ku.

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu per satu.Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca,Umar adanya naik turun menhan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.Isyarat itu telah datang,saatnya sudah tiba.”Rasullulah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu.Manusia tercinta itu,hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.Tanda-tanda itu semakin kuat,tatkala Ali dan fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar.Di saat itu,kalau mampu,seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik detik berlalu.

Matahari kian tinggi,tapi pintu Rasulullah masih tertutup.Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelapah kurma yang menjadi alas tidurnya.Tiba-tiba diluar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.”Bolehkah saya masuk?”tanyanya.Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk.

“Maafkanlah,ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,’Siapakah itu wahai anakku?”

“Tak tahulah ayahku,orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandagan yang mengetar kan.Seolah-olah bahagian wajah anaknya itu hendak di kenang.”Ketahuilah,dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.Dialah malaikat maut,”kata Rasulullah,Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.Kemudian di panggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril,jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?”tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.”Pintu-pintu langit telah terbuka,para melaikat telah menanti rohmu.Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu”,kata Jibril.Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega,matanya masih penuh kecemasan.”Engkau tidak senang mendengar kabar ini?”tanya Jibril lagi.”Khabarkan kepada ku bagaimana nasib umatku kelak?”

“Jangan khuatir,wahai Rasul Allah,Aku pernah mendengar Allah berfirman kepada ku:”Ku haramkan syurga bagi siapa saja,keculi umat Muhammad telah berada didalamnya,”kata Jibril.Detik-detik semakin dekat,saatnya Izrail melakukan tugas.Perlahan roh Rasulullah ditarik.Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbh peluh,urat-urat lehernya menegang..

“Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini.”perlahan Rasulullah mengaduh.Fatimah terpejam,Ali yang disampingnya menunduk semakin dalan dan Jibril memalingkan muka.”Jijik kah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?”tanya Rasulullah pada malaikat penghantar wahyu.”Siapakah yang sanggup,melihat keksih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik,kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.”Ya Allah,dahsyatnya maut ini,timpakan saja semua sekasa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.” BadanRasulullah mulai dingin,kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi..Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu,Ali segera mendekatkan telinganya”Uuushiikum bis shalati,wa maa malakat aimanuku”,peliharalah solat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”Di luar ointu tangis mulai terdengar bersahutan,sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan “Ummatii,ummatii, ummatii”-”Umatku,umatku,umatku”Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.

Kini,mampukah kita mencintai sepertinya?Allahumma sholli a’ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi.Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.Kirimkan kepada sahabat -sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.Kerana sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.

Amin.

(Ref:http://hendryheyka.multiply.com/journal/item/85/DETIK-DETIK_KEMATIAN_RASULULLAH_SAW)

Saturday, August 14, 2010

Adab Baca Al qur'an

- Badan, pakaian dan tempat, suci dari najis, dan ada wudhu. (Abu Dawud, Tirmidzi, Thabrani, Hakim).
- Bersiwak dahulu sebelum membaca Al Qur’an. (Baihaqi, Abu Nu’aim).
- Menghadap kiblat. (Ibnu Hajar).
- Al Qur’an diletakkan di tempat yang lebih tinggi. Jangan meletakkan Al Qur’an di bawah apapun. (Hakim). * Sebaiknya memakai meja atau bantal, baik ketika sedang dibaca atau tidak, hendaknya ditaruh di tempat yang tinggi. Jangan menaruh Al Qur’an di lantai sejajar dengan kaki kita.
- Membaca dengan memahami artinya, sehingga bisa diresapi. (Thabrani).
- Membaca dengan penuh rasa takut kepada Allah. (Baihaqi, Khatib). * Al Qur’an adalah Kalamullah. Perkataan yang Maha Segalanya. Sebagaimana kita gentar, jika membaca surat dari orang yang berkedudukan tinggi, maka kita harus lebih gentar ketika membaca surat dari Maha Raja di atas segala Raja.
- Dianjurkan menangis ketika mendengar ayat-ayat siksa dan neraka. Dan bergembira ketika mendengar ayat-ayat pahala dan surga. Jika tidak bisa menangis, berpura-puralah menangis. (Baihaqi).
- Membaca dengan makhraj Arab. Jangan membacanya dengan menggunakan dialek bahasa sendiri. (Baihaqi, Thabrani, Hakim).
- Membaca dengan tajwid dan tartil. (Ibnu Abu Dawud, Al Qur’an). * Tajwid adalah aturan membaca Al Qur’an. Tartil adalah aturan membaca Al Qur’an secara menyeluruh, yaitu; bertajwid, bermakhraj dsb.
- Memulai pembacaan Al Qur’an dengan membaca:

“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.” dan Basmalah (Bismilahir rahmanir rahim). (Al Qur’an). * Kecuali pada surat At- Taubah tidak perlu membaca Basmallah.
- Membaca dengan qiraat Arab. Haram membacanya dengan nada nyanyian. (Baihaqi, Thabrani, Hakim).
- Boleh mengeraskan suara ketika membaca Al Qur’an, jika; Diperkirakan tidak akan menimbulkan riya, Dapat menyemangatkan orang lain membaca Al Qur’an, Tidak mengganggu orang lain. (Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i). * Sebaiknya merendahkan suara bacaan jika ada orang yang sedang shalat. Dan jangan mengeraskannya (Al Qur’an) untuk membangunkan orang ketika Shubuh. (Al Qur’an - Abu Dawud, Tirmidzi).
- Dianjurkan menutup Al Qur’an ketika diajak bicara oleh orang lain dan mulai membacanya lagi dengan membaca ta’awudz.
- Jangan memandang kesana-kemari ketika membaca Al Qur’an. Orang yang sedang membaca Al Qur’an, berarti Allah sedang berbicara dengannya. Sangatlah tidak beradab, ketika Allah berbicara dengan kita, tetapi tidak dipedulikan. Dan jangan membaca Al Qur’an sambil makan dan minum.
- Apabila membaca ayat-ayat sajdah, maka disunnahkan untuk bersujud Tilawah dengan ada wudhu, menghadap kiblat, dan cukup dilakukan sekali. (Muslim, Ahmad, Thabrani, Ibnu Majah).
- Doa sujud Tilawah, ialah;


“Kuhadapkan mukaku kepada yang telah mendaptakannya, yang telah membukakan pendengarannya dan penglihatannya, dengan ucapannya dan kekuatan-Nya.”
- Sujud tilawah adalah sunnah muakkadah, sebagai hak Al Qur’an. Kecuali jika sedang menghafal Al Qur’an, cukup sekali sujud tilawah.

Adab Terhadap Al Qur’an
- Meletakkan Al Qur’an dengan bagian Al-Fatihah di atas.
- Jangan membawa Al Qur’an ke negeri musuh Islam. Ditakutkan Al Qur’an akan dirusak oleh mereka. (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah).
- Jangan berdebat dengan Al Qur’an. (Baihaqi, Ibnu Majah, Hakim). * Dikhawatirkan, argumen Al Qur’an yang diajukan, ditolak oleh lawan bicara kita, berarti secara tidak langsung ia sudah menolak Al Qur’an. Dan berdebat itu sendiri sangat tidak disukai oleh agama. Bahkan dianjurkan untuk menghindari perdebatan walaupun merasa benar.
- Seseorang yang sudah menghafal Al Qur’an atau sebagian ayat Al Qur’an, jangan mengatakan, “Aku lupa ayat ini...”, tetapi katakanlah, “Aku dilupakan oleh Allah ayat ini..”. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ahmad).
- Orang-orang yang tidak boleh memegang Al Qur’an, ialah: Orang junub, Orang haid, Orang nifas, Orang kafir
- Jangan menyelonjorkan kaki ke Al Qur’an atau menyentuhnya dengan kaki. (Abu Nasir).
- Al Qur’an tidak boleh dipakai bantal atau alas. (Thabrani, Baihaqi).
- Al Qur’an tidak boleh dilangkahi. (Ibnu Hajar Asqalani).
- Umar ra. senang jika melihat orang yang membaca Al Qur’an memakai baju putih. (Malik).
- Ketika khatam dari tilawah Al Qur’an disunnahkan agar:
a. Memperbanyak takbir dan tahmid.
b. Mengumpulkan keluarga dan doa bersama-sama. (Ibnu Najar).

Adab Idul Fitri

- Disunnahkan memakai pakaian yang terbaik. Namun bukan berarti pakaian yang baru, setidak-tidaknya pakaian yang terlihat baik dan suci. (Bukhari).
- Rasulullah saw. sendiri mempunyai pakaian khusus yang dikenakan hanya pada hari Raya. (Ahmad).
- Sunnah menyantap makanan sebelum pergi untuk shalat Idul Fitri. (Bukhari, Tirmidzi). * Karena sebelumnya sudah berpuasa sebulan penuh, maka pada hari Idul Fitri hendaknya makan atau minum dahulu sebelum shalat menandakan bahwa pada hari itu kita tidak berpuasa. Nabi saw. biasa makan beberapa kurma dengan ganjil sebelum shalat Idul Fitri. (Bukhari).
- Dan disunnahkan agar tidak memakan apapun sebelum melaksanakan shalat Idul Adha. (Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).
- Shalat hari Raya boleh dilaksanakan tanpa menggunakan mimbar. (Bukhari).
- Tidak ada adzan dan iqamat pada shalat hari Raya. Dan tidak ada shalat sunnah qabliyah atau ba’diyah hari Raya. (Bukhari).
- Sunnah ada khutbah setelah shalat hari Raya. (Bukhari).
- Sunnah memendekkan shalat Hari Raya dan memanjangkan khutbah serta memperbanyak takbir. (Ibnu Majah). * Disunnahkan takbir dengan suara keras. (Bukhari).
- Hendaknya menyegerakan shalat Idul Adha dan melambatkan shalat Idul Fitri.
- Dianjurkan bersedekah setelah shalat hari Raya. Biasanya Nabi saw. setelah turun dari khutbah ditemani oleh Bilal ra. langsung membuka sorbannya untuk menerima sedekah dari para sahabat. (Bukhari).
- Makruh membawa senjata pada hari Raya, apalagi terhunus. (Bukhari).
- Wanita yang haid dianjurkan datang ke tempat shalat hari Raya dan ikut bertakbir namun ditempatkan terpisah. (Bukhari, Muslim, Abu Dawud). * Dan khatib disunnahkan memberi nasehat khusus bagi kaum wanita setelah khutbah hari Raya. (Bukhari).
- Imam hari Raya hendaknya memakai satir atau penghalang. (Bukhari). * Sebab, shalat di lapangan terbuka tidak ada dinding di hadapan. Penghalang bagi imam sudah mencukupi untuk seluruh jamaah.
- Sunnah membaca surat Al-Ala di rakaat pertama, dan Al-Ghasyiyah di rakaat kedua pada shalat hari Raya. Nabi saw. pun pernah membaca surat Qaf dan ‘Iqtarabatis saa’ah’. (Jamaah, kecuali Bukhari).
- Sebaiknya berjalan menuju tempat hari Raya melalui jalan yang tidak biasa dilewati. Dan pergi pulang melalui jalan yang berbeda. (Bukhari). * Asal aman.

Adab Puasa

Puasa Ramadhan
- Wajib berpuasa pada bulan Ramadhan bagi setiap Muslim. Dengan tujuan agar bertambah ketakwaan pada diri kita. (Alquran). * Puasa dimulai dari terbit Fajar Shubuh sampai Maghrib tiba. (Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah).
- Berpuasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjaga lidah, mata, telinga, dan pikiran dari perbuatan yang dilarang agama. (Bukhari, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah).
- Sunnah memulai puasa dengan sahur. Dan disunnahkan untuk melambatkan sahur serta menyegerakan berbuka. Melambatkan sahur yaitu mendekati waktu Shubuh. Dan mempercepat berbuka yaitu secepatnya membatalkan puasa setelah waktu Maghrib. Ini lebih baik daripada mempercepat sahur dan melambatkan berbuka. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah). Sunnah memulai berbuka dengan buah kurma. Jika tidak ada, cukup dengan minum air. (Tirmidzi. Nasa’i, Ibnu Majah).
- Niat Puasa

Artinya : "Niatku berpuasa esok hari pada bulan Ramadhan tahun ini Karena Allah Ta'ala"

- Ketika berbuka puasa disunnahkan berdoa:

Artinya: “Ya Allah, karena Engkau aku berpuasa dan kepada Engkau aku beriman, dan atas rezeki Engkau aku berbuka puasa.” (Ibnu Majah).
- Jika ditawari makanan ketika berpuasa, sunnah menyatakan, ‘aku berpuasa’. (Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah).
- Haram bagi wanita berpuasa tanpa seijin suaminya, kecuali puasa yang wajib, seperti puasa Ramadhan. (Muslim).

Yang Dibolehkan Dalam Berpuasa
- Suami istri boleh berciuman selama tidak menimbulkan birahi. (Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah). * Namun dianjurkan agar menghindari hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat.
- Menurut madzhab Imam Syafi’i, orang yang berpuasa dibolehkan bersiwak sampai waktu Zhuhur, dan makruh bersiwak setelah Zhuhur.
- Boleh menyiramkan air ke kepala karena panas. (Ahmad, Abu Dawud).
- Makan minum karena lupa tidak membatalkan puasa. (Nasa’i).
- Boleh memakai celak mata. (Ibnu Majah).

Yang Tidak Dibolehkan Dalam Berpuasa
- Haram bersetubuh pada siang hari ketika berpuasa. (Jamaah)
- Makruh berbekam dan membekam orang lain ketika berpuasa. (Tirmidzi Ahmad, Ibnu Majah).
- Makruh berciuman bagi pasangan muda suami istri yang sedang berpuasa. (Ibnu Majah).

Adab Wudhu

- Wudhu adalah syarat sahnya shalat. Firman Allah,
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki.” (Al-Ma’idah: 6).
- Niat. Karena wudhu adalah ibadah dan dengan niat, ibadah bisa dibedakan dari pekerjaan biasa. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang hanya akan memperoleh apa yang ia niatkan.” (Bukhari, Muslim).
- Niat bersuci dari hadats kecil. Jangan sampai tertinggal niat, hingga membasuh muka. (As-Syafi’i). * Sebaiknya berniat bukan hanya untuk mensucikan badan, tetapi juga membersihkan kotoran hati. (Imam Hanafi).
- Disunnahkan berwudhu di rumah sebelum pergi ke masjid, sebab setiap langkah yang dilangkahkan ke masjid dalam keadaan wudhu yang sempurna akan berpahala menghapus dosa dan mengangkat derajat. (Bukhari).
- Memulai wudhu dengan membaca basmalah. (Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa’i).
- Dianjurkan menghadap kiblat ketika berwudhu. (Imam Nawawi).
- Ditekankan bersiwak setiap berwudhu. Jika tidak ada, dapat menggunakan jari telunjuk. (Bukhari, Muslim). * Bersiwak dapat menjadi wajib, jika setelah memakan bawang putih atau merah pada hari Jum’at. (Imam Nawawi).
- Setiap bersiwak, disunnahkan lebih dahulu membasuh kedua tangan sampai pergelangan tangan sebanyak tiga kali. Kemudian berkumur, menghirup air ke hidung dan mengeluarkannya, membasuh muka, menyela-nyela janggut dengan jari yang basah, membasuh kedua lengan dari ujung tangan hingga ke atas siku, lalu mengusap kepala sekali, membasuh telinga sekali dan terakhir membasuh kedua kaki sampai mata kaki. (Bukhari, Muslim, Nasa’i).
- Cara mengusap kepala satu kali dalam berwudhu adalah: Meletakkan sebagian jari jemari telapak tangan di bagian depan ujung kepala tempat tumbuhnya rambut, lalu ditarik ke belakang sampai ke tengkuk, kemudian dikembalikan lagi ke depan ke bagian yang pertama tadi. (Abu Dawud). * Membasuh khusus tengkuk bukanlah bagian wudhu. (Imam Nawawi).
- Jangan membasuh muka dengan menyiram air langsung. Baik ditampung dulu di kedua telapak tangan, lalu diusapkan ke muka. (Imam Nawawi).
- Cara membasuh kedua telinga satu kali dalam wudhu yaitu: Dua jari telunjuk diletakkan di lubang telinga, lalu diputarkan ibu jari membasuh bagian luar telinga. (Abu Dawud). * Membasuh telinga hendaknya dengan air yang baru, bukan dengan air setelah membasuh kepala. (Imam Nawawi).
- Cara mencuci kaki dalam berwudhu ialah; Renggangkan jari-jari kaki dan disela-sela dengan jari-jari tangan dari kelingking kanan ke kiri. (Abu Dawud) . * Lebih utama jika mencucinya hingga ke betis. (Abu Hurairah).
- Hendaknya berwudhu dengan tertib, berurutan, dan sempurna. Jangan tertinggal walaupun setitik bagian wudhu. Kebanyakan adzab kubur disebabkan wudhu yang tidak sempurna. Termasuk berhati-hati dan memperhatikan bagian di bawah kuku dan cincin agar tidak tertinggal wudhu. (Bukhari, Muslim).
- Sunnah membasuh bagian wudhu tiga kali. Jangan menambah lebih dari tiga kali. Barangsiapa menambahnya, berarti telah menzhalimi din sendiri. (Nasa’i, Ibnu Majah, Abu Dawud). * Boleh membasuh kurang dari tiga kali, jika memang ada udzur, seperti; Waktu sempit, air sedikit, dsb. (Imam Nawawi).
- Disunnahkan mendahulukan anggota sebelah kanan ketika berwudhu, kemudian bagian sebelah kiri. (Bukhari, Muslim, Nasa’i).
- Sunnah shalat dua rakaat sunat Syukur Wudhu setiap selesai wudhu. Dan dilakukan tanpa diselingi oleh pembicaraan. (Bukhari, Muslim, Nasa’i). * Antara shalat Syukur Wudhu dan shalat wajib sebaiknya memperbanyak istighfar. (Ahmad).
- Doa memulai wudhu :


- Doa Setelah Berwudhu


Artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah diriku dari golongan orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah diriku dari golongan orang yang bersuci,” (Muslim). * Barangsiapa membaca doa di atas setelah wudhu, niscaya akan dibukakan baginya delapan pintu surga yang darimana saja ia dapat memasukinya. (Tirmidzi, Nasa’i).
- Jangan berwudhu di tempat orang buang air. Khawatir ada air najis yang tersisa, sehingga mengenai badan kita ketika berwudhu. (Tirmidzi, Dailami). * Bila terpaksa wudhu di WC, siramlah dulu sampai bersih sebelum berwudhu.
- Sunnah menjaga kelangsungan wudhu dan menggantinya setiap batal. (Hakim). * Menjaga wudhu berarti menjaga kelangsungan kelapangan rezeki. Allah berfirman, “Hai Musa, jika engkau mengalami musibah sedang engkau tidak dalam keadaan wudhu, maka jangan engkau menyalahkan kecuali dirimu.” (Hadits Qudsi).
- Dianjurkan agar melamakan ‘ghurah’ dan ‘tahjil’. (Muslim, Bukhari). * Ghurrah, adalah membasuh sebagian dari kepala bagian depan. Sedang ‘Tahjil’ adalah membasuh sebelah atas siku, ketika membasuh kedua tangan, dan sebelah atas mata kaki ketika membasuh kedua kaki. “Sesungguhnya umat ini akan diseru pada hari Kiamat dalam keadaan cemerlang kening, kedua tangan dan kedua kaki mereka, karena bekas-bekas wudhu. (Bukhari, Muslim).
- Diwajibkan berwudhu ketika akan melaksanakan shalat, membaca Alquran, sa’i, wuquf, jumrah, baligh, setelah tertawa keras dalam shalat.
- Dan disunnahkan berwudhu ketika akan tidur ( Bukhari ), akan mengulangi persetubuhan dengan istri ( Abu Dawud ), menengok orang sakit ( Bukhari ), setelah makan sesuatu yang dimasak ( Muslim ), setelah memakan daging kambing dan unta ( Muslim ), setelah menyentuh kemaluan ( Baihaqi ), ketika marah, agar reda marahnya ( Ahmad, Abu Dawud ), keluar dari WC ( Ahmad ), akan adzan, akan menziarahi kubur Nabi saw., mempelajari hadits atau tafsir, setelah berghibah atau berbohong.
- Jangan berbicara ketika berwudhu. ( Nasa’i ).
- Jangan boros. Dianjurkan menggunakan air sehemat mungkin. (Bukhari, Ibnu Majah, Abu Dawud). Nabi saw. bersabda, “Hematlah dalam memakai air walaupun di atas lautan. (Ahmad, Ibnu Majah).
- Air bekas wudhu dapat dipakai sebagai obat ( Bukhari ). Air bekas wudhu dapat menyembuhkan tujuh puluh penyakit ( Dailami ). * Caranya: Kita berwudhu di atas ember, sehingga air bekas wudhu itu akan jatuh ke dalam ember. Kemudian air itu diminumkan kepada si sakit.
- Sebaiknya jangan berwudhu dibantu orang lain. (Ibnu Najjar, Al-Bazzar).

Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu
 Ada sesuatu yang keluar dari salah satu di antara dua jalan, seperti kencing, tahi, darah atau angin. (An-Nisa’: 443 - Bukhari, Muslim). * Allah tidak menerima shalat seorang apabila berhadats, sebelum ia berwudhu.
 Tidur yang tidak mantap. Maksud mantap ialah tidur sambil duduk, dan pantat menempel rapat di tempat duduk. Dan tidak mantap, yaitu jika pantat renggang dari tempat duduk. Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa tidur, maka hendaklah berwudhu.” (Abu Dawud). * Tidur dengan sikap mantap, tidak membatalkan wudhunya. ( Bukhari, Muslim ).
 Hilang akal, baik dikarenakan mabuk, pingsan, sakit, ataupun gila.
 Bersentuhan antara laki-laki dengan istrinya atau wanita asing, tanpa ada penghalang. (An-Nisa’: 43).
 Menyentuh farji/ alat vital sendiri atau farji orang lain, baik dubur maupun qubul ( penis/ vagina ), dengan telapak tangan atau jari-jari, tanpa ada penghalang.

Adab Adzan dan Iqamat

- Disyaratkan adzan jika tiba waktu sholat. (Bukhari, Muslim)
- Muadzin disunnahkan berwudhu dulu sebelum menyerukan adzan. (Tarmidzi) *Makruh adzan bila tanpa wudhu (Abu Dawud)
- Sunnah menyerukan adzan dengan suara kers dan lantang, karena tujuan adzan adalah untuk memanggil orang banyak agar melaksanakan sholat berjamaah. Tidak seorangpun jin, manusia atau apa saja yang mendengar betapa keras suara muadzin, melainkan menjadi saksi baginya pada hari Kiamat (Bukhari, Nasa'i, Ibn Majah)
- Kalimat-kalimat dalam iqamat sama dengan kalimat-kalimat adzan, hanya jumlahnya diganjilkan (Nasa'i, Abu Dawud, Tirmidzi)
- Adzan diserukan dengan alunan lambat, sedangkan iqamat diserukan dengan nada cepat, tetapi jelas (Tirmidzi)
- Pada Adzan Shalat Shubuh ditambahkan kalimat "ASHSHOLATU KHOIRUM MINANNAUM"(Sholat itu lebih baik daripada tidur) 2 kali. (Tirmidzi)
- Imam beranggung jawab terhadap makmum dalam mengimami. Dan muadzin bertanggung jawab dalam menjaga waktu sholat, agar jama'ah menunaikan sholat pada waktu yang benar (Tirmidzi)
- Sunnah adzan di tempat yang tinggi, di bukit atau di menara (Abu Dawud)
- Disunnahkan adzan sambil berdiri (Bukhari, Muslim)
- Sebaiknya orang yang iqamat adalah orang yang adzan (Tirmidzi)
- Muadzin hendaknya memasukkan jari telunjuknya ke telinga ketika adzan (Tirmidzi)
- Muadzin disunnahkan memiringkan kepala ke kiri ke kanan ketika menyerukan kalimat "HAYYA 'ALASHSHOLAH" 2 kali, dan kalimat "HAYYA 'ALAL FALAH" 2 kali.
- Orang yang mendengar 2 kalumat barusan disunnahkan dijawab dengan "LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAAHIL 'ALIYYIL 'ADZIIM"
Artinya :"Tiada daya dan kekuatan kecuali Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung"
Untuk kalimat adzan yang lainnya, maka disunnahkan untuk menjawab adzan dengan ucapan yang sama.
- Disunnahkan berdi'a setelah mendengar seruan adzan :

Artinya :"Ya Allah, Rabb dakwah yang sempurna ini. Dan Shalat yang didirikan. Berikanlah kepada kami Muhammad 'Wasilah' dan 'fadhilah'. Dan angkatlah ia ke kedudukan yang terpuji. Sebah\gaimana engkau janjikan kepadanya. Sesungguhnya Engkau tidak pernah ingkar Janji."(Bukhari) *kemudian disunnahkan membaca Shalawat (Muslim)
- Tidak boleh menggaji muadzin, lebih utama dengan sukarela (muslim, Tirmidzi, Nasa'i)
- Jangan keluar masjid setelah mendengar Adzan, kecuali karena batal wudhu atau sesuatu yang mendesak (Muslim, Tirmidzi)
- Muadzin ditugaskan menunggu imam. Jangan iqamat sebelum imam datang (Muslim, Tirmidzi)
- Wanita hanya boleh adzan dan iqamat untuk jama'ah wanita (Hakim)
- Sebaiknya tetap menyerukan adzan dan iqamat walaupun dalam perjalanan (Tirmidzi) *disamping memberitahu waktu shalat kepada musafir lain, juga debagai dakwah agar mereka shalat dengan berjamaah bila memungkinkan.
- Syarat-syarat sah muadzin, yaitu : 1.Islam, 2.Tamyiz,tidak sah adzan anak kecil yang belum tamyiz, 3.Kalimat adzan tertib, 4.Kalimat adzan tidak diselingi kata-kata lain, 5.Dengan suara keras.

Wednesday, August 4, 2010

Keutamaan Ayat 15,5,dan7

Ayat lima belas terdiri atas :

1. Ali Imran :1-2 dan 18

2. Al-An`am : 95

3. Ar-Ra`d : 31

4. Yasin : 82

5. Al-Fatihah : 2

6. Qaf : 15

7. Al-Hadid : 4 dan 25

8. At-Taghabun : 13

9. Ath-Thalaq : 3

10. Al-Jinn : 28

11. Al-Muzzammil : 9

12. An-Naba : 38

13. Abasa : 18-19

14. At-Takwir : 20

15. Al-Buruj : 20-22

Membaca ayat lima belas dengan seizin Allah SWT dapat berfaedah memenuhi kebutuhan hidup, menyembuhkan orang sakit atau keracunan, serta memberikan keselamatan dan keamanan.

Ayat ke 1: Mendapat ampunan dosa.

ayat1-15

“Alif laamim, allahu laa ilaaha illallah huwal hayyul qoyyum“

Apabila ayat tsb dibacakan kepada orang yang sakit secara terus menerus maka mempunyai keutamaan bahwa orang yang sakit itu akan mendapat ampunan dosa dari Allah SWT.

ayat2-15 ok

Ayat ke 2: Segera Hasil Hajat

“Qaaiman bilqisthi dzaalikumullaahu fa-annaa tukfakuuna“

Apabila ayat tsb dibaca terus menerus pada malam hari, maka mempunyai keajaiban, bahwa orang yang mempunyai hajat dan belum berhasil maka Allah akan cepat menghasilkan hajatnya orang yang membacanya.

ayat3-15

Ayat ke 3: Pengasih semua orang

“Walau anna Qur’aanan suyyirot bihil jibaalu auquththi-at bihil ardhu au kullima bihil mauta balillaahil amru jamii-an”

Apabila ingin dicintai oleh semua orang baik laki laki maupun perempuan atau lawan berganti menjadi kawan, maka ayat ke 3 mempunyai daya keampuhan yang tinggi untuk itu bila dibaca 7x (tujuh kali) lalu sebutlah nama orang yang dimaksud, insya allah akan berhasil.

ayat4-15

Ayat ke 4: memberi pelajaran pada orang zalim

“Innamaa amruhuu idzaa araada syai an an yaquula lahuu kun fayakuun”

Apabila ayat tersebut ditulis dikertas kemudian ditulis juga nama orang yang zalim, maka mempunyai keanehan setelah tulisan tersebut ditulis lalu ditindih dengan batu maka orang zalim yang dimaksud akan mengalami sakit. Tapi perlu di ingat bahwa perbuatan yang demikian adalah dosa besar sehingga allah akan melaknat ummatnya yang berbuat aniaya dan menyenangi umatnya yang pemaaf.Tangan mencincang bahu memikul, barang siapa berbuat keburukan akan mendapat buah keburukan. Nauzubillah!!!

ayat5-15

Ayat ke 5: Untuk menunaikan segala hajat

“Alhamdulillaahi rabbil aalamiin”

mempergunakannya dengan cara dibaca sebanyak 7x sambil menahan nafas, lalu sampaikan hajatnya.

ayat6-15

Ayat ke 6: Menawarkan Racun

“Balhum fii labsiin min khalqin jadiidin”

Bacalah ayat ke 6 sebanyak 7x pada 7 butir beras atau gandum dalam bejana mangkuk putih porselin yang sudah dituangi air. Lalu airnya minumkan dan beras atau gandumnya dimakan oleh orang yang terkena racun, dengan izin Allah racun akan akan tawar dengan cepat.

ayat7-15

Ayat ke 7: Juga menawarkan racun

“Wahuwa ma-akum ainamaa kuntum wallaahu bimaa ta’maluuna bashiir”

Bacakan pada air kelapa hijau sebanyak 3x lalu diminumkan airnya pada orang yang terkena racun, insya aalh seketika racunnya akan tawar dengan qudrat irodat allah.

ayat 8-15

Ayat ke 8: Untuk terhindar dari marabahaya dan ampunan dosa

“Innallaaha qawiyyun aziizun. Allaahu laa ilaaha illaa huwa wa alallaahi fal yatawakkalil mu’minun”

Dibaca dengan penuh keikhlasan dalam keadaan berwudlu (tidak berhadas) maka akan diampuni oleh allah dosanya. Dan jika dibaca ketika akan tidur maka selama tidur akan dilindungi allah dari segala marabahaya kebakaran, maling, pembunuhan, bencana alam dsb, insya allah.

ayat 9-15

Ayat ke 9: Untuk Keselamatan dari Penyakit Menular

“Wamayyatawakkal alallaahi fahuwa hasbuhuu innallaaha balighu amrihi qad ja-alallaahu likulli syai-in qadraan”

Apabila dibaca akan menjadi tangkal yang ampuh dan jika ayatnya ditulis pada kulit kijang atau harimau kemudian dimasukkan dalam potongan bambu atau tabung lalu ditutup dan ditanam pada tengah kampung, desa atau kotamaka seluruh penduduk akan selamat dari penyakit menular. Metode ritual ini mungkin saja jawaban atau dapat juga dijadikan alternatif ditengah hingar bingarnya wabah penyakit menular yang disebabkan virus virus berbahaya yang belum diketahui identitasnya bahkan virus virus berbahaya yang sudah diketahui identitasnya seperti Flu burung,flu babi flu flu lainnya.makanya peninggalan leluhur itu sangat banyak sekali yang harus kita gali dan lestarikan sepanjang sejarah.

ayat 10-15

Ayat ke 10: untuk hajat duniawi dan ukhrowi cepat terkabul

“Wa ahaatho bimaa ladaihim wa ahshaa kulla syai-in ‘adadan”

Bila dibaca ayat ke 10 ini secara kontiniu maka hajat duniawi dan ukhrowi insya allah segera terlaksana…amiin.

ayat 11-15

Ayat ke 11: Untuk meredakan orang yang mengamuk/emosi

“Robbul masyriqi wal maghribi laa ilaaha illaa huwa fatta khidzhu wakiila”

Dibaca pada 7 butir padi kemudian dibawa menghadapi orng yang sedang marah atau mengamuk maka kemarahan dan kebencianya akan reda dengan sendirinya berkat izin Allah SWT.

ayat12-15

Ayat ke 12: Untuk hajat agar cepat tercapai

“Laa yatakallaamuuna illa man adzina lahu rrahmaanu waqaala shawaaban”

bagi siapa yang mengamalkan ayat ini maka segala hajatnya akan cepat ditunaikan oleh Alah SWT, amiin

ayat 13-15

Ayat ke 13: Untuk melumpuhkan perampok dan pembegal

“Min ayyi syai in khalaqahuu min nuthfatin khalaqahuu faqaddarahuu”

Dari zaman dahulu hingga sekarang perampokan dan pembunuhan terus saja terjadi dimana mana, bukan saja ditempat tempat yang sepi namun juga ditempat keramaian. nah! ayat yang ke 13 dari 15 ayat ini jawabannya. Apabila suatu waktu anda dihadang oleh perampok tidak bersenjata maupun bersenjata maka janganlah bingung atau berputus asa. caranya serahkan diri pada allah sehingga kita akan timbul keberanian sebab sebelum ajal berpantang mati. kemudian ambilllah debu secepatnya kemudian ayat ke 13 sebanyak 7 x ulang lau tebarkan ke sekeliling. Insya allah dengan kekuasaan allah seketika para pembegal akan kebingungan saling bentrok antara teman sehingga tidak berdaya.

ayat 14-15

Ayat ke 14: Melemahkan penguasa jahat dan kejam

“Inda dzil arsyil makiini”

Seorang raja, presiden atau para pejabat pemerintah juga penguasa hukum dan penegak hukum selalu kita temukan arogan dan menyombongkan diri atas kekuasaan yang diembannya atau wewenang yang dimilikinya, penyalahgunaan wewenang selalu saja kita temui ketika berhadapan dengan mereka. tanpa mereka sadar atau dalam keadaan sadar menganggap bahwa kekuasaan atau jabatan yang diembannya itu kekal tiada berujung..nau’uzubillah!!! jika anda mengalami seperti ini sebagai antisipasi ayat 14 ini jawabannya. caranya: Bacalah 7x sambil menahan nafas ketika berhadapan dengan penguasa lalim kemudian hembuskan pada penguasa tersebut sambil mohon dalam hati agar dilindungi allah dari kejahatannya dan dimudahkan segala urusan dengannya.

ayat 15-15

Ayat ke 15: untuk membuka gembok atau tali ikatan

“Wallaahu min waraa ihim muhithun bal huwa qur aanun majidun fii lauu hin mah fudhin”

Meski tidak diterima nalar namun semua kekuasaan allah nyata di alam ini. semua yang mustahil dijawab oleh allah denagn adanya ciptaannya di alam ini. sesunguhnya manusia tidak memiliki kekuatan selain kekuatan yang diamanahkan allah pada kita sebagai sifat NYA. jadi, janganlah menyombongkan diri dan menganiaya pada sesama. kemudian taatlah pada hukum allah. ayat yang ke 15 ini sungguh luar biasa dan nyata, barang siapa kehilangan kunci sehingga gemboknya tidak bisa dibuka maka dengan sarana membaca ayat ke 15 sebanyak 21x kemudian hembuskan pada gembok tersebut maka seketika gembok itu akan terbuka dengan izin allah. dengan cara yang sama dapat juga membuka ikatan tali atau rantai. Namun jangan coba coba disalahgunakan sebagai sarana membuka gembok untuk mencuri/mengambil milki orang lain tanpa izin, sebab tuah keampuhannya tidak akan berfungsi.

Penjelasan tentang ayat lima :
Ayat lima ialah ayat-ayat yang diambil dari lima surah dalam Al-Qur’an.

Ayat pertama diambil dari surah al-baqoroh ayat 246.

Ayat kedua diambil dari surah Ali-imran ayat 181.

Ayat ketiga diambil dari surah An-nisaa ayat 77

Ayat keempat diambil dari Surah Al-Maa-idah ayat 27

Ayat kelima diambil dari surah Ar-Ra’du ayat 16

Tiap-tiap satu dari lima ayat itu terdapat sepuluh buah huruf “QAF” (Kaf besar),

Sebab itulah ayat lima ini bisa juga disebut dengan ayat lima puluh Qaf.

Karena itu ayat lima ini mengandung rahasia dan hasiat yang besar sekali artinya, diantaranya ialah,

1. Ibnu Mas’ud meriwayatkan, Bahwa Rasulullah s.a.w. selalu membaca ayat lima ini, baik beliau sedang berada dalam negeri atau sedang dalam perjalanan dan dalam peperangan. Dalam peperangan beliau selalu dapat mengalahkan orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan selalu mendapat pertolongan Tuhan

2. Bila selalu dibaca oleh seorang pemimpin, maka akan ditetapkan hatinya oleh tuhan dan diberi pengaruh serta kekuatan, dan patuh kepadanya semua orang-orang yang dipimpinnya.



Keutamaan dan Fadilah Ayat tujuh
Ayat Tujuh
Ayat Tujuh adalah
petikan dari 7 surat :
1. QS. At-Taubah ayat 51
2. Qs. ynus ayat 107
3. QS. Hud' ayat 6 dan 56
4. QS. Al Angkabut ayat 60
5. QS. fatir ayat 2
6. QS. Az-zummar ayat 13


Ka'ab Al Akbar mengatakan bahwa, dengan seizin Allah SWT, pembaca ayat tujuh mendapatkan keselamatan dari setiap bahaya dan musibah

Safety and Precaution dalam Maintenance

Alat ukur Dan Perkakas Tangan yang paling umum dalam menggunakan perbaikan dan pemeliharaan pesawat terbang oleh suatu Teknisi ilmu penerbangan (A/C Technician) memerlukan pengetahuan dasar.
Penggunaan perkakas boleh bervariasi, tetapi praktek baik untuk keselamatan, kepedulian dan [gudang/penyimpanan] perkakas harus sama jumlahnya ketika sebelum dan sesudah bekerja.

Untuk menjaga diri dari bahaya, pakailah alat pelindung diri seperti sepatu keselamatan, Kacamata pengaman, sarung tangan, sabuk keselamatan ; adalah wajib atas pekerjaan tertentu.

Semua itu dirancang untuk memperkecil suatu bahaya dan kerusakan, keselamatan untuk personil dan peralatan.
Safety Shoes Digunakan Sampai batas bahaya ke jari kaki anda dari bahaya,misalnya kejatuhan benda berat.
KACAMATA HITAM, Melindungi mata anda untuk semua personil ( resiko yang diajukan oleh inframerah dan radiasi ultraungu, selama pengelasan, memotong, dll) kerusakan mata yang disebabkan oleh itu semua dapat luar biasa menyakitkan.

SARUNG TANGAN dirancang untuk gas dan pengelasan busur cahaya untuk membatasi bahaya dan merusakkan dari percikan dan panas terbang obyek.

SABUK KESELAMATAN DAN TALI PENGIKAT digunakan untuk keselamatan anda dikala anda sedang di ketinggian lebih dari 2 meter.